Tampilkan postingan dengan label sahabat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sahabat. Tampilkan semua postingan

Jumat, 23 Maret 2018

Satu Keputusan Seribu Makna


Memperoleh pekerjaan yang layak adalah dambaan setiap orang. Begitu banyak keinginan orang untuk dapat diterima bekerja di sebuah instansi atau perusahaan terkemuka. Terkadang sampai rela hijrah ke luar kota bahkan lintas negara untuk menggapai impian mereka. Walau harus meninggalkan keluarga. Ya begitulah dunia. Terkadang sulit dijangkau dengan logika.

Tapi mereka ini bersikap sebaliknya. Berusaha menembus keluar zona istimewa. Dua sahabat hebat yang sama-sama sukses di dunia perbankan dan kesehatan. Dua pekerjaan yang banyak dicari orang. Namun, mereka menempuh jalur berbeda. Mengambil langkah yang sama. Untuk satu tujuan...resign!!

Bukan hal mudah mengambil keputusan itu. Dan kiranya membutuhkan proses yang cukup lama untuk memutuskannya. Karena waktu mengabdi yang tidak singkat. Jam bekerja yang begitu panjang. Butuh pertimbangan matang untuk sebuah keputusan...resign!!

Satu keputusan seribu makna... Anak-anak merupakan satu dari seribu makna tersebut. Satu hal yang begitu besar maknanya. Mungkin waktu yang sedemikian rupa kiranya cukup untuk mengabdikan diri. Bekerja di dunia perbankan membutuhkan durasi yang tidak singkat, bisa sehari penuh terkadang harus lembur. Begitu pula dunia kesehatan yang pengabdianya membutuhkan pemikiran dan energi yang cukup besar. Harus full power dan wonder mom.

Dan inilah satu titik waktu yang memang harus diputuskan. Karena anak-anak yang semakin tumbuh dan berkembang. Menjadi satu pertimbangan besar. Mungkin ini memang satu titik saatnya untuk lebih membersamai anak-anak. Sebuah realita hidup yang begitu beragam. Keputusan yang langka diambil oleh seseorang. Bukan tanpa pengorbanan, melainkan sebuah pilihan besar antara pengabdian dan tanggung jawab. Dan bukan tanpa resiko, melainkan tantangan untuk menempuh babak berikutnya yang lebih luar biasa.

Dan ketika waktu itu pun tiba. Luar biasa, dua sahabat hebat, yang cerdas dan sukses telah mengambil satu keputusan besar. Keputusan yang luar biasa butuh pengorbanan. Subhanallah!! Satu keputusan seribu makna...

Sebuah babak baru dimulai. Dua sahabat hebat mulai merintis karir baru. Karir yang bisa dikerjakan di rumah sambil membersamai anak-anak. Sesuatu yang tidak mudah. Dua sahabat hebat yang ternyata mempunyai bakat tersembunyi. Selain kemampuan mengabdi selama ini, tersembunyi bakat wirausaha. Luar biasa!! 

AINIMART...
Kiranya dunia perbankan cukup membuatnya belajar. Mengatur keuangan sudah jadi keahliannya. Dan hal ini diterapkan dalam bisnisnya sekarang. Bisnis mengikuti jejak Rasulullah... Ainimart...menyediakan sembako dan kebutuhan sehari-hari. Berdiri di garasi rumahnya. Sehingga lebih mudah dalam membimbing dan mengawasi anak-anaknya. Tidak butuh waktu lama untuk berkembang. Hanya hitungan bulan Ainimart sudah cukup sukses di lingkungan kami. Melayani kebutuhan sehari-hari para ibu di sini. Mempermudah akses mendapatkan sembako dan kebutuhan lainnya. Cukup pesat perkembangannya. Alhamdulillah.


DAPUR UMMI...
Sahabat yang satu ini tidak kalah hebat. Berawal dari hobi menyiapkan menu sehat untuk anak-anak. Kini berkembang menjadi usaha kuliner yang menjanjikan. Usahanya ini dikerjakan di rumah sambil membersamai anak-anak. Pizza teflon sehat dan halal, kini jadi menu andalannya. Pizza homemade buatannya tidak kalah dengan pizza keren di luar sana. Yang jelas tidak perlu jauh-jauh untuk memesannya. Harganya pun sangat terjangkau. Selain itu, ada berbagai tepung premix serba guna. Tepung pizza anti gagal, bisa juga dibuat jajanan lain. Sangat praktis dan cocok digunakan ibu-ibu repot seperti aku ini. Mudah, praktis, cepat, dan sehat. Luar biasa!!


Dua sahabat hebat yang menempuh satu keputusan seribu makna. Subhanallah mereka berdua telah mampu membuktikan keputusan mereka. Menjadi ibu yang memiliki predikat plus memang butuh perjuangan dan pengorbanan cukup panjang. Hal ini tidak lain demi mewujudkan anak-anak shaleh dan shaleha penerus cita-cita dunia akhirat.

Teruskan perjuangan kalian ibu hebat...Allahu Akbar!! Tetap semangat dan sukses Ainimart dan Dapur Ummi. Barakallah...


Kamis, 22 Maret 2018

Jejak Sang Biru


Kutelusuri jejakmu...Sang biru.
Ibu yang tangguh.
Pagi-pagi sudah harus mengkondisikan semua, ya rumah, anak-anak, suami, dan juga diri sendiri. Karena semua akan beraktivitas sehari penuh. Hebat!
Putra sulungmu kelas 1 SD, putri kedua masih bayi. Subhanallah tak bisa kubayangkan bagaimana harus mengaturnya setiap pagi. Usia bayi yang seharusnya masih full jam tidur terpaksa harus bangun pagi-pagi untuk menyambut sang bunda berangkat berkarya. Luar biasa!
Anak-anak yang hebat, sedari kecil sudah dididik dengan pengalaman hidup yang mandiri. Semogalah kelak menjadi anak-anak tangguh, mengikuti jejak Sang Bunda.

Untunglah tempat penitipan si kecil tidak jauh dari rumah, hanya tetangga dekat. Sehingga aura rumah masih melekat. Anak yang pintar, anteng dan tidak rewel. Begitupun putra sulungnya sudah mandiri. Setiap pulang sekolah hanya sendiri di rumah. Sebelum jam empat sore dia istirahat, setelah jam empat sore barulah bermain. Betul-betul sudah dididik mandiri, dia pun selalu menuruti apa yang jadi pesan bundanya.
Anak-anak yang hebat! Belum tentu anak-anakku bisa dikondisikan seperti itu.
Situasi dan kondisi memang berpengaruh dengan pola asuh. Dan bunda yang beraktivitas di luar rumah memang cenderung memiliki anak-anak yang cepat mandiri.

Setelah mengkondisikan putra putrinya, lanjutlah dengan aktivitas karya. Puluhan kilo kau tempuh untuk menuju lapangan. Kadang di kebun, sawah, bahkan hutan. Tak ku bayangkan medannya. Itu kau lakukan setiap hari.
Ah mungkin jarak tidak sebanding ketika kau dulu masih aktif mendaki. Hanya mungkin kondisi saja yang membedakan. Kalau dulu setiap jejakmu hanya dilalui seorang diri. Seberapapun jauh tak terbebani tanggung jawab. Kini setiap jejakmu dilalui bersama keluarga. Ada keluarga yang menanti di rumah. Jejakmu sekarang terbatas oleh ruang dan waktu.
Walau semangat menapaki jejak masih tak terbatas, masih luar biasa. Jejak sang biru...

Menyongsong matahari di ujung bukit. Mengantar matahari di lembah sungai. Itulah jejak yang dulu. Yang mungkin sampai kini masih kau rindu. Bertemu sang alam menakluk jejak.


Kini jejakmu masih biru. Dan akan terus biru. Sebiru langit di puncak Semeru. Wajah indah sang biru yang tak bisa lepas dari setiap langkah.
Langkah yang kini berbeda, namun jejak masih tetaplah sama.
Jejak sang biru....

Semogalah selalu sebiru jejak di atas awan yang sering kau pandang kala itu.
Jejak yang tak pernah hilang. Selangkah kehidupanmu kini semoga selalu dalam langkah yang teriring doa, langkah yang mengiringmu setiap waktu bersama biru-biru kecil di kaki Merapi. Tempatmu kini....
Tetaplah melangkah dengan semangatmu.... Jejak sang biru....

#teruntukbundasibling#ru

Selasa, 20 Maret 2018

Dunia Anak Islam #Tiga Kepompong


Mereka masih kepompong...
Yang butuh proses untuk menjadi indah.
Yang butuh bimbingan untuk menjadi lebih baik.
Yaaa tiga kepompong yang berusaha melangkah bersama.


Awalnya kami menganggap mereka hanya anak-anak biasa yang sedang bertumbuh. Tumbuh diantara sosialisasi hidup yang semakin dewasa. Kami membiarkan mereka untuk memilih. Bersosialisasi yang mereka mampu. Mampu untuk bersatu. Melangkah dan bekerjasama dengan hati. Serta belajar untuk bisa melihat dunia lebih dekat.


Anak-anak yang hebat adalah yang bisa belajar dari kehidupan dunia. Bersatu untuk melihat alam serta dekat dengan Tuhan. Anak-anak yang hebat adalah yang bisa tumbuh dengan karakter luhur. Bisa menyikapi kehidupan dengan bijaksana. Begitulah harapan kami kepada para kepompong.

Seiring berjalanya waktu, ternyata karakter tidak bisa dipaksakan. Dan akhirnya mereka bertiga tanpa sadar merapat dengan hati yang sama.
Bermain dan belajar hal yang baru. Jarak usia tak jadi penghalang. Apapun permainan mereka seolah tak jadi masalah.
Outdoor maupun indoor tetap jadi tempat yang asyik.
Ah sayang sekali kami kurang peka untuk mengabadikan moment-moment kala itu.

Kami hanya berusaha mengawasi agar mereka tetap ada pada lingkungan tempat tinggal kami. Sebuah perumahan yang tidak begitu luas tapi in sya allah tetap asyik untuk menjadi area permainan anak-anak.
Tetap ada sudut-sudut yang bisa dinikmati dengan berbagai ekspresi mereka.
Selama tidak berbahaya kami biarkan para kepompong ini bertumbuh dan berkreasi.

Tiga kepompong dengan karakter yang bisa bersatu. Yaa begitulah kiranya, sehingga selama bersama pun mereka saling mengisi. Bisa dibilang aman terkendali.
Mereka hanya berputar-putar di area perum kami. Sangat mudah mencari mereka. Mereka jarang keluar dari batas perumahan.

Begitu banyak anak-anak disini, dan ternyata mereka memang memilih untuk menempuh bertiga dengan keasyikan bermain yang berbeda dengan yang lain.
Mereka ini cenderung bermain ala-ala petualang ringan. Mereka tidak begitu menyukai yang terlalu ekstrim. Dan kalau mereka berada di indoor mereka bak pendongeng yang senang berkhayal. Dengan gaya masing-masing yang bagi kita orang tua sedikit aneh, tapi bagi mereka itulah dunia mereka, dunia anak yang penuh khayalan.

Semakin sering mereka bersama, seolah waktu istirahat pun terkadang mereka abaikan. Tapi yang pasti kami tanamkan agar tidak meninggalkan shalat. Alhamdulillah halaman masjid termasuk tempat favorit mereka. Sehingga ketika mendengar suara adzan kami bisa dengan mudah menggiring mereka ikut jamaah. Senangnya kalau mereka selalu taat.
Tiga kepompong yang sedang bertumbuh....

Seakan tak mau kehilangan semenit pun waktu berharga untuk mengungkapkan khayalan dan petualangan ala-ala mereka.
Terserah kalian lah nak kanak asal masih di area positif kami tidak begitu khawatir.

Hari demi hari keceriaan pun semakin terisi dengan canda tawa, yang mungkin bagi orang dewasa itu bukan hal yang penting, tapi bagi mereka itu adalah sesuatu yang luar biasa. Sesuatu yang selalu diekspresikan dan dibagikan dengan yang lain.
Semoga lah dengan begitu kalian bisa berbagi hal yang berguna kelak, aamiin.

Apapun bisa jadi arena yang menarik, bermain mobil-mobilan, bola, sepeda, sampai prosotan pasir pun serasa istimewa hingga tak tuntas kalau belum mendengar adzan maghrib.
Ah kalian memang kepompong yang bertumbuh dengan ceria dan kreatif. Apapun bisa jadi hal yang menyenangkan kalau sedang bersama.
Asalkan ketika mendengar adzan harus langsung berhenti dan shalat terlebih dahulu ya anak-anak...
Kepompong yang semakin bertumbuh....

Sampai pada suatu ketika, salah satu diantara kepompong ini harus hijrah. Ya dia harus ikut kedua orang tuanya untuk pindah ke luar kota.
Disaat sedang asyik-asyiknya menikmati kebersamaan, mereka harus merelakan satu kepompong untuk bertumbuh di tempat yang berbeda.
Suatu hal yang mengejutkan.
Kehilangan pastinya...
Kesepian tentunya...
Ketika hanya berdua terkadang terselip rindu bertiga.
Semogalah satu kepompong bisa tumbuh indah di sana. Dan tidak lupa dengan kepompong yang tertinggal.
Kepompong yang semakin dan semakin bertumbuh....

Mungkin ini pelajaran baru bagi tiga kepompong, pelajaran untuk tetap menjadi sahabat disaat jauh. Pelajaran bagaimana arti sebuah kesetiaan dan lebih menyayangi sesama. Meski di sini tinggal berdua seolah tak datang kepompong baru. Hanya tinggal berdua dan selalu rindu kepompong yang hijrah.


Hari-haripun terlewati kembali dengan berdua kepompong disini dan satu disana. Menjalani rutinitas masing-masing. Begitupun dua kepompong disini seolah tak menemukan ganti, sampai hanya berdua dan berdua...belajar tumbuh dan tumbuh....

Hingga suatu hari mereka dipertemukan kembali dengan kepompong yang jauh. Ah betapa senang melihat wajah mereka bertiga setelah sekian lama tidak bersua. Walau hanya beberapa saat saja waktu itu terasa istimewa. Namun perpisahanpun kembali terjadi. Lagi-lagi kami tidak sempat mengabadikan mereka bertiga.
Mereka berjanji untuk saling setia hingga saat bertemu lagi.
Kepompong yang semakin dan terus bertumbuh....

Walau harus bertumbuh ditempat yang berbeda. Semoga tiga kepompong bisa sama-sama bermetamorfose menjadi kupu-kupu yang indah. Hingga kelak bertemu kembali tak kan melupakan saat ketika mereka masih sama-sama menjadi kepompong....








Kamis, 23 April 2015

Sahabat Masa Kecil

Aku gak nyangka bisa ketemu dia lagi. Walau hanya di dunia maya ini....

Sahabat masa kecilku..... Astuti Purbaningsih, begitulah nama lengkapnya. Dia akrab disapa Baning. Beberapa hari yang lalu, aku berhasil menemukan dia....walau hanya disini...